Selasa, 25 September 2012

CINTA YANG SEJATI

oleh: Mhd Munirul Ikhwan

Cinta merupakan prangkat lunak yang diinstal oleh sang Pencipta pada saat manusia itu diciptakan. Berkat cinta manusia bisa hidup bahagia, dan tanpa cinta pasti kehidupan terasa hambar bak sayur tanpa garam. Hal ini dikarenakan cinta merupakan perangkat inti dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia. Dengan cinta manusia tak akan saling membunuh, namun sebaliknya dengan cinta manusia akan saling menolong, dengan cinta manusia punya rasa asih, dan dengan cinta manusia bisa menemukan pasangan hidup yang dicintai.
Berbicara mengenai cinta, tentu tak terlepas dari hubungan asmara yang dirajut oleh insan atau manusia dengan lawan jenisnya. Ikatan perasaan cinta yang terpaut sebelum pernikahan biasanya disebuat pacaran, sdangkan ketika ikatan cinta itu terjalin setelah pernikahan maka proses itu berlanjut menjadi proses berumah tangga. Proses pacaran terkadang tidak berlanjut kepada proses brikutnya yaitu pernikahan. Hal ini dikarenakan ketidakcocokan, tidak direstui orang tua, berpisah jarak, dan lain sebagainya yang menurut penilaian individu masing-masing tidak bisa membuat komitmen cinta itu berlanjut. Namun ada juga yang berlanjut kejenjang pernikahan dengan menjalani proses berumah tangga dengan satukali percintaan. Dan proses cinta dengan wadah rumah tangga itu kebanyakan berlanjut hingga ahir hayat, namun ada juga yang putus atau karam ditengah jalan dan berbuntut perceraian. Begitulah proses perjalanan asmara cinta makhluk yang diciptakan berpasangan-pasangan ini dalam kehidupan didunia pada umumnya.

Sebenarnya proses cinta yang dijalani manusia berawal dari rasa ketertertarikan terhadap lawan  jenis. Kemudian perasaan itu mendapat respon positif dari lawan jenis yang disukainya. Hingga terpautlah kisah asmara antara dua insan tersebut yang kemudian membangun sebuah komitmen. Ikatan cinta yang dibangun atas dasar  komitmen cinta yang esensial dan holistik, tentu akan bertahan walaupun ombak dan badai menerpa, namun jika ikatan cinta dibangun atas dasar komitmen cinta secara parsial maka bersiaplah menanti robohnya jalinan asmara yang dirajut.
Jika ikatan cinta yang esensial dan holistik putus ditengah jalan tentu akan mendera sang penjalin ikatan. Maka kecil kemungkinan ikatan itu akan putus, karena orang yang mencinta dan dicinta mustahil mendera dirinya sendiri. Namun jika ikatan cinta dibangun secara parsial atas dasar nafsu belaka misalnya, maka tatkala nafsu sudah terpenuhi, tak adalagi perasaan yang mengikat cinta tersebut, putuslah jalinan cinta itu.
Cinta pada esensinya mengajak sang pelakunya untuk setia. Karena cinta pada dasarnya adalah perasaan yang tarik menarik secara holistikal bukan hanya karena tampilan fisik, harta kekayaan, kepangkatan, dan strata sosial tapi ia terikat secara keseluruhan apa yang ada dalam diri sang pencinta. Tahapan bersatunya dua diri sang pencinta secara holistikal disebut “manunggal” atau bila dinyatakan dengan sebuah unkapan bisa dikatakan “ dua raga satu jiwa”.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak sedikit manusia yang putus cinta? Hal ini dikarenakan Ikatan yang dirajut  keduanya, bukanlah cinta secara esensial dan holistikal namun cinta secara parsial. Misalnya mencintai hanya karena pemuasan nafsu, kecantikan atau ketampanan, atau hanya sekedar mengikuti gengsi belaka sehingga mustahil ia ikatan tersebut akan bertahan. Namun yang menderita ialah ketika salah seorang dari pasangan kekasih mencintai secara esensial dan holistikal sementara yang satunya tidak, maka tatkala ikatan cinta itu putus maka pilulah yang ia derita alias patah hati, lalu timbullah ungkapan “cinta itu menyakitkan”. Oleh karena itu janganlah pernah menyakiti perasaan dengan senjata cinta karena luka yang ditimbulkan sangat sulit untuk dicarikan obatnya.
Janganlah mencintai hanya karena nafsu belaka, Janganlah  mencintai  hanya karena tampilan fisiknya saja. Cintailah ia dengan cinta yang hakiki, cintailah ia dengan cinta yang holistik, dan bercintalah dengan satu cinta sehingga hati yang semula dua menjadi satu walau dalam dua raga. Sesungguhnya manusia yang sukses dalam cintanya adalah ia yang komitmen dalam satu cinta***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar